Waspada Degenerasi Bantalan Sendi Tulang Belakang

Senin, 10 Desember 2018 - 13:09 WIB
Waspada Degenerasi Bantalan...
Waspada Degenerasi Bantalan Sendi Tulang Belakang
A A A
JAKARTA - Bantalan sendi tulang belakang atau spinal disk dikenal layaknya sistem suspensi kendaraan bermotor yang berfungsi sebagi peredam kejut antarvertebra.

Namun, seiring proses penuaan atau disebabkan faktor lain, bantalan sendi dapat mengalami kerusakan. Menurut dr Mahdian Nur Nasution SpBS, bantalan sendi tulang belakang terdiri dari dua bagian utama.

Pertama yaitu annulus fibrosus yang merupakan bagian luar yang keras, lalu nucleus pulposus, yaitu bagian dalam bantalan sendi seperti jeli yang dikenal juga sebagai mucoprotein gel dengan komposisi utama berupa air, kolagen, dan proteoglikan.

Stres pada bantalan sendi yang terjadi bertahun-tahun dapat menyebabkan robekan kecil pada bagian annulus yang dipersarafi sehingga memungkinkan terjadinya rasa sakit. Seiring berjalannya waktu, bantalan sendi menjadi kurang elastis, yang memungkinkan robekan menjadi semakin besar dan inti bantalan keluar.

“Keluarnya inti bantalan sendi menjadikan bantalan sendi menonjol atau keluar dari tempatnya memengaruhi saraf tulang belakang sekitarnya. Ini disebut herniated nucleus pulposus (HNP) atau awam menyebutnya saraf terjepit,” papar dr Mahdian.

Pada kondisi seperti ini, nyeri tajam yang terus menerus di punggung dan leher mungkin terjadi. Gejala yang muncul tergantung letak bantalan sendi yang mengalami herniasi. Saat bantalan sendi tulang lumbal yang mengalami herniasi, gejala yang mungkin muncul berupa nyeri di daerah pinggang, pantat, atau paha bagian atas hingga telapak kaki.

Dia menjelaskan, nyeri yang ditimbulkan mungkin datang dan pergi. Pada kondisi berat, rasa nyeri dapat menetap hingga beberapa minggu atau bulan. Nyeri akan menjadi lebih berat saat duduk dan menjadi lebih baik saat berpindah posisi.

“Nyeri dapat terasa lebih berat ketika membungkuk, Pada beberapa kasus, degenerasi bantalan sendi tulang belakang dapat mengakibatkan kesemutan atau mati rasa (kebas) di tangan dan kaki, dapat juga terjadi kelemahan di tangan dan kaki,” tutur dr Mahdian.

Selain pemeriksaan fisik dan mengetahui riwayat kesehatan pasien, dokter akan meminta pasien melakukan pemeriksaan radiologi seperti MRI untuk mengetahui kondisi bantalan sendi dan saraf sekitarnya.

“Untuk menghilangkan nyeri akibat degenerasi bantalan sendi tulang belakang, beberapa modalitas terapi dapat diberikan di antaranya terapi fisik, obatobatan, dan tindakan minimally invasive spine surgery (endoscopy discectomy),” ucap dr Mahdian.

Endoskopi disektomi merupakan tindakan minimally invasive spine surgery yang banyak digunakan untuk mengatasi masalah herniasi bantalan sendi yang menyebabkan nyeri pada punggung bawah (lumbar), punggung tengah (toraks), atau leher dan lengan (servikal).

“Tindakan ini memiliki beberapa keuntungan, di antaranya sayatan minimal hanya 7 mm, proses penyembuhan cepat, angka keberhasilan tinggi mencapai 90%, hanya menggunakan anestesi lokal, pascatindakan mobilitas tulang belakang tetap terjaga, kehilangan darah saat tindakan minimal, tidak membutuhkan rawat inap, dan luka bekas operasi minimal,” kata dr Mahdian. (Iman Firmansyah)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0649 seconds (0.1#10.140)